SEBUAH DO’A
Mendung menutupi
keceriaan matahari di sore ini. Tedengar sayup-sayup angin berhembus
ditelingaku serta terlihat pohon-pohon mempertahankan ketegarannya menghadapi
terpaan angin. Entah kenapa hatiku terasa risau diperjalanan pulang kerumah. Kutepis
sejenak pikiran yang menghujam diotakku dan berkonsen untuk berkendara. Untuk
mempersingkat waktu aku berkendara lebih cepat dari biasanya sepeda,
motor,mobil, truck, dan bus aku salip layaknya ada diarea balap. Jalan yang
begitu indah dan berseni alias banyak benjolan dimana-mana sering aku tabrak
begitu saja dan terdengar bunyi klitik,barak yang bersumber dari uang receh
yang lumayan banyak aku taruh dikantong motor metikku.
Sebelumnya izinkan
aku berkenalan dulu. Namaku Zukruf Fatimah yang berasal dari kata Zukruf yang
berarti perhiasan dan Fatimah adalah penggalan dari nama putri kesayangan
Rasulullah yaitu Fatimah Az Zahra, mungkun kedua orang tuaku ingin aku layaknya
Fatimah menjadi perhiasan yang indah dikehidupan dunia dan akhirat, aku begitu
suka dengan nama ini. Panggil saja aku Zukruf. Sekarang aku berumur 17 tahun
dan tepatnya kelas XI IPA di SMA paforit di daerahku yaitu SMA Negeri 1 Pelita.
Aku tinggal dikeluarga kental dengan kasih sayang dan juga agamanya. Tapi
sayangnya aku belum berjilbab, sedangkan kakak perempuanku sudah dan dia adalah
saudaraku satu-satunya yang ku miliki.
Tak..tak.. bunyi
butiran hujan yang mengenai helemku. Hujan turun begitu lebatnya dengan waktu
yang cepat. Sragam SMA yang ku pakai mulai basah, sempat berfikir untuk memakai
jas hujan tapi aku memang berniat ingin hujan-hujanan, ya karna aku suka dengan
hujan. Bagiku hujan adalah risky dari Allah untuk kita syukuri. Tapi aku mulai
ingat berapa banyak paket serta buku di dalam tasku, sepontan aku ngerem
mendadak dan memakai jas hujan. Taukah keadaanku sekarang? sragam bagian depan
sudah basah kuyup, untung tas yang sedang diam manis di punggungku baru basah
bagian atasnya. Aku tertawa kecil karena
sifat lupa dan spontanku slalu datang begitu aja. Coba kalo aku sadar dari
tadi aku pasti sudah dibalut dengan jas hujan dan tak kedinginan seperti ini.
Bagiku aku rela basah kuyup asal tidak dengan jendela-jendela ilmuku. Sempat
teringat waktu masih duduk di bangku SMP, aku
menangis lumayan lama karena kehilangan LKS Fisika dengan keadaan dimana
soal-soal dilembar terakhir sudah selesai aku kerjakan semalaman dan itu
berarti akhir dari semua soal-soal selama 6 bulan di dalam LKS tersebut . meski
pada akhirnya ketemu didalam tas warna coklatku karna hari itu aku ganti tas
dengan warna kuning.
Sesampainya dirumah
tak ku temui satu orangpun disini, kuputuskan untuk membersihkan diri. Saat selesai,aku
terkejut melihat Ibuku berwajah cemas. Dan beliau mulai bercerita, “Zu sekarang
nenekmu sedang sakit dan dibawa bapakmu berobat”, tutur ibu kepadaku. “Pantas tadi
tak kulihat bapak dan nenek saat sampai dirumah buk”, jawabku. Akan tetapi aku
tersentak saat mendengar ibu berkata, “nenekmu tadi siang berpesan yang
aneh-aneh dengan ibu dan bapak”. Aku hanya menjawab, “udah tidak apa-apa buk,
insya Allah nanti sembuh”. “semoga saja begitu Zu”, kata ibu. Pikiranku serasa
disengat lebah, begitu nyeri dan fikiran yang tak baik muncul seakan nenek akan
pergi untuk meninggalkan kami dalam waktu yang lama.
Aku duduk termenung
di korsi belajar dan memulai petualangan didalam pikiran mengingat kenangan-kenangan
dimasa lalu yang begitu penuh dengan kasih sayang. Waktu kecil aku teramat nakal
dan sering dimarahi ortu. Efek dari marahnya ortu pasti aku langsung nangis
dengan durasi yang begitu teramat lama pernah sampai 4 jam aku bias meneteskan
air mata dengan rengekan cirri khas anak kecil, taukah siapa yang menggendongku
serta membelikan aku permen dan jajan? Nenekku.
Aku dekat dengan
beliau meski beliau bukan orang tua dari bapak ataupun ibiku dan aku dulu tidurnya juga dengan beliau sejak
umur 3,5tahun, bukannya karena tidak mau tidur dengan orang tuaku saat usia
kecilku, tapi karena kakakku tidurnya sama beliau jadi aku iri dan juga pengen.
Tanganku terasa
dingin saat mengusap air mata yang menetes dipipi, aku kembali diwaktu sekarang
dan selesai membayangkan masa-masa kecilku dengan posisi masih diatas korsi
kayu. Hatiku terasa kacau dan bayangan yang terburuk sering melintas
dipikiranku lagi. Aku berdo’a kepada sang pembuat hidup dengan suara setengah
menangis: “ya Allah berilah kesembuhan kepada nenek saya dan berilah umur yang
panjang pada beliau. Jangan ambil beliau dulu ya Allah karna aku merasa belum
bisa membalas semua yang telah beliau berikan pada saya. Saya ingin beliau
melihat kesuksesan saya selain orang tua saya dimasa depan.”
Beberapa minggu ini
aku sering pulang kerumah karena keadaan nenek yang sakit. Hari demi hari
beliau membaik keadaannya dan sekarang beliau kembali seperti dulu bisa dibilang
sudah sembuh. Aku begitu menyayangi beliau dan tak henti-henti aku panjatkan
puji syukur ke sang pencipta didalam do’aku.
*) Teman, Allah itu
tidak tidur dan mendengar do’a hamba-hambanya meski itu didalam hati sekalipun.
Dari cerita ini aku ingin memperlihatkan betapa do’a yang tulus selalu didengar
oleh Nya, aku berdo’a untuk kesembuhan nenekku dan itu terkabulkan teman. Pasti
bukan cuma aku tapi semua keluarga besarku meminta untuk kesembuhan nenek.
Kematian bagi kita memang selalu menakutkan karna kita selalu
merasa belum mempunyai bekal yang cukup di akhirat kelak. Tapi kita hanya bisa
berdo’a teman, semua sudah diatur olehNya,diatur dengan segala awal dan akhir
yang begitu indah. ^^ J