Tentang Matahari
Bicara
tentang matahari, semua orang pasti memuja-mujanya dengan ketegaran cahaya yang
dimiliki, memancarkan energy yang membuat kita hidup dan dapat melakukan
aktifitas setiap harinya. Tak hanya itu, malampun kita masih bisa merasakan cahayanya. Lihatlah bulan yang begitu indah
dilangit malam, dia tak kan berarti tanpa matahari. Tapi kenapa tidak seperti
yang kulihat di seseorang yang ku anggap matahari ini?
Pertama
aku juga beranggapan dia begitu tegar layaknya sang matahari, kata-katanya
begitu bijak dan arif. Tindakannya tegas layaknya lulusan TNI dan sering
tersenyum pada setiap orang. Tapi setelah ku mengenalnya semua berubah. Dia
begitu lemah dan rapuh. Susah untuk mengertinya, mencoba menafsir dari
kata-kata yang dikeluarkannya. Sering aku menganggap, dia kesepian dalam senyum
yang membuatku tenang dan nyaman. Dia memang sering membuatku tertawa dalam
bahagia. Tapi apakah dia sendiri bahagia didalam hatinya? Kuharap begitu.
Sering juga aku mendapati dia bersama teman-temannya membicarakan hal yang
menarik sepertinya tapi yang ku lihat dia menatap lurus kecakrawala seakan ada
yang mengganggu dipikirannya. Sekali lagi aku menganggap aku kurang mengertinya
lagi. Aku mencoba mendalaminya lagi, mencoba mengertinya dengan segala yang tersirat.
Mencoba menjadi sahabat terbaik yang dapat diandalkannya, tapi sekarang itu
seakan menjadi angan belaka karena kita semakin terpisah semakin menjauh satu
sama lain. Tapi aku masih bisa mencoba menjadi seorang yang selalu ada saat dia
membutuhkanku. Kenapa begitu? Bukan masalah aku menjadi pelampiasan atau tidak.
Tapi aku hanya merasa merugi, aku sudah mengenal dia begitu lama tapi kenapa
aku tidak tau banyak tentang dia? terbukti sampai sekarang aku belum bisa memahaminya.
Kucoba
merenungi, kenapa begini? Buakankah dia selalu ada disaat aku membutuhkannya,
selalu ada disaat aku menangis, bahagia, terjatuh, terbang di anginpun dia tau.
Tapi apa yang aku tau tentang dia? Jawabannya mudah dan aku baru menyadarinya sekarang “aku begitu egois”. Ini termasuk alasanku
untuk selalu ada saat dia mengalami sesuatu yang dianggapnya layak dibagikan
entah itu senang ataupun sedih. Aku ingin bisa menjadi orang yang dipercayanya.
Sahabat ma’afkan aku selama ini, teruntuk matahariku: “ terangilah
hidupmu, terangi hatimu juga, bukan
hanya engkau bisa menerangi orang lain saja.”
0 komentar:
Posting Komentar